6.
Anotasi Jurnal
Penulis :
Agus Pujianto, Darsono, dan Pujiati
Th. Terbit, hal. : 2012,1-11
Vol. No. Th. :
Vol 1, No 3 (2012)
A.Latar
Belakang dan Rumusan Masalah
Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengama-natkan bahwa
setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar. Wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan pemerintah, peme-rintah daerah dan masyarakat. Oleh
karena itu berdasarkan amanat undang-undang tersebut pemerintah dan pemerintah
daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Kondisi
pembelajaran yang ada, dikelas peneliti mengajar yaitu kelas IX. A SMP
Muhammadiyah 3 Metro.
Pada
saat guru mengajar masih dijumpai sebagian besar siswa belum berani menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan beraturan terkait dengan pelajaran
yangdi pelajari, siswa belum memberikan contoh-contoh atau argumentasi atas pendapat
yang dia berikan sehingga dapat dipahami oleh orang lain, siswa belum
mendengarkan pelajaran dengan pikiran terbuka, siswa belum menerima pandangan
dan saran dari orang lain untuk mengembangkan ideide baru, siswa belum mencari
dan memaparkan hubungan antara masalahyang didiskusikan dengan masalah atau
pengalaman lain yang relevan. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
siswa belum mampuuntuk berpikir kritis.
Hal
diatas berdasarkan pernyataan Hassoubah (2004: 111-112) seseorangdikatakan
sudah berpikir kritis apabila melakukan tindakan-tindakan sebagaiberikut:
1)
Menghadapi tantangan demi tantangan dengan alasan dan contoh;
2)
Memberikan contoh-contoh atau argumen-tasi yang berbeda dari yang sudah ada;
3)
Menerima pandangan dan saran dari orang lain untuk mengembangkan ide idebaru;
4)
Mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikandengan masalah
atau pengalaman lain yang relevan;
5)
Menghubungkan masalah khusus yang menjadi subjek diskusi dengan prinsip yang
lebih bersifat umum;
6)
Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan beraturan;
7)
Memintaklarifikasi;
8)
Meminta elaborasi;
9)
Menanyakan sumber informasi;
10)
Berusaha untuk memahami;
11)
Mendengarkan dengan hati-hati;
12)
Mendengarkan dengan pikiran terbuka;
13)
Berbicara dengan bebas;
14)
Bersikapsopan;
15)
Mencari dan memberikan ide dan pilihan yang bervariasi.
Johnson (2007:
210-211) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah aktivitasmental sistematis
yang dilakukan oleh orang orang yang toleran dengan pikiranterbuka untuk memper-luas
pemahaman mereka. Pemikir kritis meneliti dengancermat proses berpikir mereka
dan proses berpikir orang lain untuk mendapatkan pemahaman yang paling lengkap.
Mereka berusaha berpikir dengan beruurutan dan objektif serta menggunakan
prasangka dan emosi pribadi dalam mencari keyakinan. Hasil penelitian pendahuluan pada kelas IX. A di SMP Muhammadiyah
3
Metro
pada ujian mid semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 untukmata pelajaran
IPS bahwa sebagian besar siswa belum menguasai materipelajaran.
B.
Landasan Teori
Hal
diatas berdasarkan pernyataan Hassoubah (2004: 111-112) seseorang dikatakan sudah
berpikir kritis apabila melakukan tindakan-tindakan sebagaiberikut:
1)
Menghadapi tantangan demi tantangan dengan alasan dan contoh;
2)
Memberikan contoh-contoh atau argumen-tasi yang berbeda dari yang sudah ada;
3)
Menerima pandangan dan saran dari orang lain untuk mengembangkan ide idebaru;
4)
Mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikandengan masalah
atau pengalaman lain yang relevan;
5)
Menghubungkan masalah khusus yang menjadi subjek diskusi dengan prinsip yang
lebih bersifat umum;
6)
Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan beraturan;
7)
Memintaklarifikasi;
8)
Meminta elaborasi;
9)
Menanyakan sumber informasi;
10) Berusaha untuk memahami;
11) Mendengarkan dengan hati-hati;
12)
Mendengarkan dengan pikiran terbuka;
13)
Berbicara dengan bebas;
14) Bersikapsopan;
15)
Mencari dan memberikan ide dan pilihan yang bervariasi.
Johnson
(2007: 210-211) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental
sistematis yang dilakukan oleh orang orang yang toleran dengan pikiran terbuka
untuk memperluas pemahaman mereka. Pemikir kritis meneliti dengancermat proses
berpikir mereka dan proses berpikir orang lain untuk mendapatkan pemahaman yang
paling lengkap. Mereka berusaha berpikir dengan beruurutan dan objektif serta
menggunakan prasangka dan emosi pribadi dalam mencari keyakinan.
Hasil
penelitian pendahuluan pada kelas IX. A
di SMP Muhammadiyah 3Metro pada ujian mid semester ganjil tahun pelajaran
2012/2013 untuk mata pelajaran IPS bahwa sebagian besar siswa belum menguasai
materipelajaran,
Para
ahli Social Studies khususnya di Amerika Serikat dan Australia memilih
pendekatan inkuiri yang lebih menekankan belajar secara individual sebagai
alternatif untukmengembangkan kemampuan berpikir dalam belajar social studies..
Menurut
Woolever dan Scott (1988: 18) Social Studies Education is the sum of
allexperiences that have as a goal to teach students how to make and act on
rational decisions, both as individual and as group members, based on knowledge
derivedby the method of science and on personal values that have been
systematically explored and clarified. Maksudnya Pendidikan IPS adalah
bidang kajian yangberorientasi pada keseluruhan pengalaman yang mempunyai
tujuan agar siswamempu mengambil keputusan rasional sebagai makhluk individu
dan makhluksocial berdasrkan nilai nilai dari metode keilmuan yang menyeluruh
danterklarifikasi.
Somantri
(2001: 92) menjelaskan penger-tian IPS menurut versi pendidikan dasardan
menengah, "Pendidikan IPS adalah penyeder-hanaan atau adaptasi dari
disiplinilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia
yangdiorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan".
Pargito
(2010: 7) menjelaskan pengertian Pendidikan IPS adalah suatukajian terpadu
terhadap masalah masalah sosial yang dikemas secara sosial psikologis untuk
tujuan pendidikan. Oleh karenanya pendidikan IPS merupakan sebuah program
pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu.Sehingga baik dalam nomenklatur filsafat
ilmu, disiplin ilmu ilmu sosialmaupun ilmu pendidikan tidak akan ditemukan
adanya sub-sub disiplin pendidikan IPS
Menurut National
Council For Social Studies (1987: 8-11) ada sepuluh tema- temaIPS yaitu :
(1) budaya,
(2)
waktu, kontinuitas dan perubahan, (3) orang, tempat danlingkungan,
(4) perkembangan individu dan identitas,
(5) individu, kelompok danlembaga,
(6) power, kewenangan dan pemerintah,
(7)
produksi, distribusi dankonsumsi,
(8) sains, tekhnologi dan masyarakat,
(9) global koneksi dan
(10) cita-citadan praktek kewarganegaraan.
Proses
belajar mengajar tidak terlepas dari hasil belajar atau prestasi siswa
sebagaipeserta didik. Prestasi belajar siswa yang tinggi menun-jukan
berhasilnya kegiatanbelajar mengajar, dan sebaliknya prestasi belajar yang
rendah menun-jukan bahwatujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar
belum tercapai.
Berdasarkan
pemaparan di atas Pembela-jaran Inkuiri dapat diterapkan untuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan prestasi siswa. Sehingga menarik untuk ditelitimengenai hal
yang berkaitan dengan Pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan prestasi belajar IPS.
Tujuan
dari penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
1. Untuk menerapkan pembelajaran inkuiri yang
dapat meningkatkankemampuan berpikir kritis siswa kelas IX.A SMP Muhammadiyah 3
Metro
2. Untuk menerapkan pembelajaran inkuiri yang
dapat meningkatkankemampuan prestasi belajar IPS siswa kelas IX.A SMP
Muhammadiyah 3Metro.
C.
Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelasIX. A
SMP Muhammadiyah 3 Metro semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian
tindakan didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan kinerja dengan
tindakan dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
praktek
pembelajaran tersebut dilakukan. Wiriaatmadja (2008: 12) mengemukakan peneli-tian
tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan tersebut.
Pada
intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai
persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami
langung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedangbelajar.Adapun
rancangan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di dalam penelitianini yaitu
dengan tahapan langkah-langkah melalui persiklus, yang dimulai dari siklus 1
sampai pada siklus-siklus berikutnya. Kegiatan dalampersiklus meliputi (1)
peren-canaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)pengamatan (observing),
(4) refleksi (reflecting).
Teknik
pengumpulan data, data dikumpulkan melalui observasi, angket, dan testertulis.
1. Observasi
Observasi
merupakan pengamatan dengan tujuan mencari dan mencatat data tentang objek yang
diteliti serta dampaknya dalam penelitian tindakan kelas.
Adapun
observasi dilakukan dalam penelitian, untuk mencatat data adatidaknya perubahan
perilaku peserta didik yang lebih bik dalam prosespembelajaran serta dampak
dari tindakan yang dilakukan.
2.
Wawancara
Wawancara
digunakan untuk memperjelas informasi yang dikumpulkan danuntuk mene-lusuri
kembali jawaban siswa pada tes tertulis. Wawancaradilakukan dengan peserta
didik ssetiap akhir tindakan, serta hasil pengamatan terhadap peserta didik
untukperbaikan dalam tindakan berikutnya. Rambu-rambu wawancara dengan siswa
menitik beratkan pada tanggapan dankesulitan kesulitan pesertsa didik selama
kegiatan pembelajaran serta saran peserta didik terhadap pembelajaran
berikutnya.
3.
Catatan Lapangan .
Catatan
lapangan dapat berupa catatan perilaku siswa maupun permasalahan yang dapat
dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan langkah berikutnya ataumasukan terhadap
keberhasilan yang akan dicapai.
4. Tes
Tes
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah
diberikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri. Tes diberikan
setiap akhir siklus. Analisis data tentang kemampuan berpikir kritis siswa dari
lembar skala yangdisebarkan kepada siswa.
Instrumen
skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala sikap bentuk Likert.
Masing-masing butir pernyataan mempunyai empat pilihan jawaban. Butir lembar
skala yang dibuat mengacu indikator kemampuan berpikir kritis.Analisis
instrumen tes prestasi belajar, untuk menguji validitas instrumen tesprestasi
belajar dilakukan dengan analisis butir soal yaitu dengan cara mengkorelasikan
skor masing-masing dengan skor total. Analisis validitas tes prestasi belajar
dengan menggunakan program Anates. Suatu tes dikatakan mempunyai validitas yang
baik apabila tes tersebut dapat mengukur tujuan yangtelah ditetapkan.
Setelah
data dikatagorikan sesuai dengan jenis datanya selanjutaya divalidasi dengan menggunakan
teknik :
a. Member chek yaitu
meneliti kebenaran dan kesahihan data temuan dengan mengkonfirmasikan dengan
sumber data lainnya. Dalam hal ini data atau informasimelalui diskusi dengan
guru IPS setiap akhir suatu tindakan.
b. Trianggulasi yaitu
proses mengecek atau meneliti kembali kebenaran data dengan membandingkan data
yang diperoleh peneliti dengan data lain dari observer. Triangulasi, dilakukan
dengan memeriksa kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh
peneliti dari hasil observasi, wawancara dan hasil tes. Validasi data dengan
triangulasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil dari siswa dengan hasil
dari kolaborator dan peneliti(guru). Tujuan dari triangulasi adalah untuk
menyakinkan data dengan kepercayaan dan maksimal.
c. Exspert opinion yaitu
meneliti kembali data atau informasi dari temuanpenelitian kepada para ahli
yang profesional dalam bidangnya dalam hal inidikonsultasikan dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan araha nsehingga validasi data dapat
dipertanggungjawabkan.
Tehnik
pengolahan data penelitian tindakan kelas ini mengunakan analisis deskriptif dengan
melihat perubahan per siklus, di mana dilakukan secara terus-menerus dari
awalpenelitian tindakan hingga akhir penelitian. Analisis deskriptif memberikan
intepretasisecara kontekstual terhadap kinerjaguru yang berupa kemampuan guru
dalam prosespembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri.
Data
penelitian yang telah terkumpul baik melalui observasi, lembar skalamaupun
melalui hasil tes ditelaah oleh peneliti dan observer yaitu guru sebagai kolaborator.
Proses penelaahan data diawali dengan transkripsi data hasil pengamatan,
kemudian menganalisis memaknai, menerangkan dan menyimpulkan.Penelaahan data
tersebut sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data penelitianterkumpul
oleh peneliti.
D. Hasil Penilitian Dan Pembahasan
Sintaks
pembelajaran inkuiri yang digunakan pada siklus 3 seperti dalam tabel dibawah
ini:
Tabel
1.1
Langkah-langkah
Kegiatan guru Kegiatan siswa
1. Guru memberikan penjelasan awal
2. Menjelaskan topik, tujuan danhasil belajar
yang diharapkan
3. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukanoleh siswa
4. Guru menekankan kepada siswauntuk
mempergunakan waktudengan sebaik-baiknya
5. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok sama
dengan siklus 1dan 2
1) Siswa
memperhatikan penjelasan guru
2) Siswa
memahami topik, tujuandan hasil belajar yang diharapkan
3) Menempatkan
diri sesuai dengan kelompok
Murumuskan
masalah
1. Guru merumuskan masalah untukbahan diskusi
kepada masing-masing kelompok
2. Guru mengorganisasikankelompok agar lebih
aktif dalampembelajara
3. Siswa mencatat masalah yang dirumuskan oleh
guru.
Merumuskan
hipotesis
1. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskanhipotesis
2. Guru
lebih intensif
1)
Siswa merumuskan hipotesis berdasar-kan rumusan
masalah yang ada.
2)
Siswa bertanya kepada guru dalam mendampingi
siswa untuk merumusakan hipotesis apabila ada masalah dalam merumuskan
hipotesis
3.
Definisi istilah: konseptualisasi 1.
Menjelaskan definisi istilah tentang rumusan maslah yangdiajukan
1)
Siswa memperhatikan penjelasan guru Mengumpulkan
dan menganalisis data
2)
Guru memberikan kesempatankepada siswa untuk mengumpulkan
dan menganalisisdata dari berbagai literatur
3)
Guru memotivasi siswa agar lebihberperan dalam
memecahkan masalah
4)
Guru melakukan pendampinganlebih intensif saat
pengumpulandan analisis data
Kegiatan
siswa yaitu sebagai berikut.
1) Siswa
mengumpulkan dan mengana-lisis data dari berbagai literatur
2) Siswa
harus lebih aktif dalam mengumpulkan dan menganalisis data
3) Siswa
bertanya kepada guruapabila ada maslah dalam mengumpulkan dan menganalisis data
Menarik
kesimpulan
1.
Memfasilitasi diskusi kelompok untuk memperoleh
kesimpulan
2.
Memfasilitasi diskusi kelas
3.
Guru memberikan imbalan danpenguatan bagi
kelompok yangbisa menyelesaikan tugasnya dengan baik
4.
Memfasilitasi pembuatan kesimpulan
1) Melakukan
diskusi kelompok untuk memperoleh kesimpulan
2) Melakukan
diskusi kelas, satu kelompok mempresentasikan hasilnya
3) Siswa
menerima imbalan-imbalan dan penguatan jika bisa menyelesaikan tugasnya dengan
baik
5. Membuat
kesimpulan
Berdasarkan
data presentase kemampuan berfikir kritis siswa dapat dilihatkemampuan berfikir
kritis siswa pada setiap siklus melalui lembar observasisebagai berikut:
1) Anak-anak
yang memiliki klasifikasi berfikir kritis sekali pada siklus 1sebanyak 4 %,
pada siklus 2 sebanyak 15 % dan siklus 3 ada 22 %.
2) Anak-anak
yang memiliki klasifikasi kemampuan berfikir kritis, padasiklus 1 sebanyak 22
%, pada siklus 2 sebanyak 44 % dan siklus 3 ada 70%
3) Anak-anak
yang memiliki klasifikasi kemampuan berfikir cukup kritis,pada siklus 1
sebanyak 19 %, pada siklus 2 sebanyak 30 % dan siklus 3sebanyak 7 %.
4) Anak-anak
yang memiliki kemampuan berfikir kurang kritis, pada siklus 1sebanyak 15 %,
pada siklus 2 sebanyak 7 % dan siklus 3 sebanyak 0 %5. Anak-anak yang memiliki
kemampuan tidak kritis, pada siklus 1 sebanyak 41 %, pada siklus 2 sebanyak 4 %
dan siklus 3 sebanyak 0 %. Data tersebut menunjukan bahwa dalam setiap siklus
ada pening-katan kemampuan berfikir kritis siswa. Berdasarkan hasil observasi
tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran inkuiri mampu untuk meningkatkan
kemampuan berfikir kritis siswa dalam setiap siklusnya.
Setelah
kegiatan belajar mengajar dengan strategi inkuiri dilaksanakan kemudianpeneliti
memberikan angket untuk diisi oleh siswa, angket yang dibagikan dengantujuan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berfikir kritis siswa.
Berdasarkan
data persentase kemampuan berfikir kritis siswa dapat dilihat bahwa kemam-puan
berfikir kritis siswa melalui angket sebagai berikut :
1) Anak-anak
yang memiliki klasifikasi berfikir kritis sekali pada siklus 1sebanyak 7 %,
pada siklus 2 sebanyak 11 % dan siklus 3 ada 19 %.
2) Anak-anak
yang memiliki klasifikasi kemampuan berfikir kritis, padasiklus 1 sebanyak 26
%, pada siklus 2 sebanyak 52 % dan siklus 3 ada 70%.
3) Anak-anak
yang memiliki klasifikasi kemampuan berfikir cukup kritis, pada siklus 1
sebanyak 22 %, pada siklus 2 sebanyak 26 % dan siklus 3 sebanyak 11%.
4) Anak-anak yang memiliki kemampuan berfikir
kurang kritis, pada siklus 1 sebanyak 11 %, pada siklus 2 sebanyak 7 % dan
siklus 3 sebanyak 0 %.
5) Anak-anak
yang memiliki kemampuan tidak kritis, pada siklus 1 sebanyak33 %, pada siklus 2
sebanyak 4 % dan siklus 3 sebanyak 0 %.
Menurut
Sanjaya (2008: 196) Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaiankegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritisdan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpi-kir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa.
Sudrajat
(2011) menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembang-kan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemam-puan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan
demikian, dalam pembelajaran pembelajaran inkuiri siswa tidak hanyadituntut
untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapatmenggunakan
potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya mengua-sai pelajaran belum tentu
dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Sebaliknya,
siswa akan dapat mengem-bangkan kemampuan berpikirnya manakalaia bisa menguasai
materi pelajaran.
Setelah
kegiatan belajar dengan strategi inkuiri dilaksanakan kemudian peneliti mela-kukan
tes tertulis untuk melihat sejauh mana kemampuan berfikir kritis siswa dan
untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran yangsudah
disampaikan. Tes yang digunakan berbentuk tes tertulis pilihan ganda ,hasil tes
tertulis seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel
1.2 Data perolehan hasil tes setiap siklusNo Keterangan Siklus 1 Siklus 2
Siklus 3
1 Nilai
Tertinggi 9,0 9,5 10,0
2 Nilai
Terendah 4,0 4,5 6,5
3 Rata
Rata Nilai 6,58 7,37 7,80
4
Ketuntasan (%) 51,85 70,39 92,59
Berdasarkan
tabel 4.26 di atas dapat dilihat data pada saat siklus 1 di peroleh
nilaitertinggi 90, nilai terendah 40, nilai rata-rata 6,58 dan persentase
ketuntasan mencapai 51,85%.
Setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus 2 di peroleh nilai tertinggi 9,5,
nilaiterendah 4,5, nilai rata rata 7,37 dan persentase ketuntasan mencapai
70,37 %.
Setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus 3 di peroleh nilai tertinggi 10,0,
nilaiterendah 6,5, nilai rata rata 7,80 dan persentase ketuntasan mencapai
92,59 %.
E. Kesimpulan
Penerapan
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisdan Prestasi
Belajar siswa kelas IX. A SMP Muhammadiyah 3 Metro. Melaluis skenario tindakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: Orientasi, Merumuskan Masalah,
Merumuskan hipotesis, definisi istilah: konseptualisasi, mengumpulkan dan menganalis
data, menarik kesimpulan.
Berdasarkan
lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap siklussebagai
berikut: anak-anak yang memiliki klasifikasi berpikir kritis sekali padasiklus
1 sebanyak 4 %, pada siklus 2 sebanyak 15 % dan siklus 3 ada 22 %; anak-anak yang
memiliki klasifikasi kemampuan berpikir kritis, pada siklus 1 sebanyak22 %,
pada siklus 2 sebanyak 44 % dan siklus 3 ada 70 %; anak-anak yang memiliki
klasifikasi kemampuan berpikir cukup kritis, pada siklus 1 sebanyak 19%, pada siklus
2 sebanyak 30 % dan siklus 3 sebanyak 7 %; anak-anak yangmemiliki kemampuan
berpikir kurang kritis, pada siklus 1 sebanyak 15 %, padasiklus 2 sebanyak 7 %
dan siklus 3 sebanyak 0 %; anak-anak yang memiliki kemampuan tidak kritis, pada
siklus 1 sebanyak 41 %, pada siklus 2 sebanyak 4 %dan siklus 3 sebanyak 0 %.
Berdasarkan
tes tertulis siklus 1di peroleh nilai tertinggi 90, nilai terendah 40, nilai
rata rata 6,58 dan persentase ketuntasan mencapai 51,85 %. Setelah pelaksanaan
tindakan pada siklus 2 di peroleh nilai tertinggi 9,5, nilai terendah 4,5,
nilai rata rata 7,37 dan persentase ketuntasan mencapai 70,37 %. Setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus 3 di peroleh nilai tertinggi 10,0, nilai terendah
6,5, nilai rata rata 7,80 dan persentase ketuntasan mencapai 92,59 %.