Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

17 Februari 2016

Paradigma Pendidikan Belajar, Operant Conditioning, Bentuk-bentuk Belajar, dan Prisip Belajar implikasi dalam pembelajaran oleh Ridwan MA

BAB I
BELAJAR
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan cita-cita bangsa.  Anak  mempunyai  peranan  penting  dalam  menentukan  ara kehidupanbangsa dan pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu masyarakatsangat  mendambakan  sosok  anak  yang  sehat  jasmani  maupun  rohani.  
Ha ini sejala  denga  visi   dan   mis  pendidika  nasiona  dalaUndang-undang RepubliIndonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionlpada  Bab  II  Pasal   yang  menyebutkan bahwa,  pendidikan  nasional berfungsimengembangkan  kemampuan  da membentuk  watak  serta  peradabanpesertadidik  agar  menjadi  manusia  yang  beriman  da bertaqwa  kepada  Tuhan  YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan tersebut dapatdiwujudkan secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalammengoptimalkan segala aspek perkembangan anak.
Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat perlu bagi para orang tua dan  para pendidik untuk mengetahui dan memahaminya. Teori-teori perkembangan, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, periodisasi-periodisasi perkembangan manusia sangat perlu untuk dikaji lebih dalam. Selain itu, perkembangan kognitif pada manusia pun menjadi kajian yang menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Dengan mengetahui dan memahami semua tentang Teori Perkembangan Manusia akan menjadikan kita lebih arif dalam menyikapi, menghadapi dan menyelesaikan permasalah-permasalan yang muncul dalam perkembangan manusia, dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada dan menjadikan kita lebih paham dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangannya dan dapat membelajarkan anak sesuai potensinya. Hal ini sangat bermanfaat pada penggunaan dan pemilihan strategi pembelajaran serta tahapan pembelajaran sehingga dapat mengimplemantasikan strategi pembelajaran yang  sesuai dan terlaksana dengan tepat.

BAB II
OPERANT CONDITIONING
Seorang pendidik seharusnya mengetahui dan paham teori belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Seperti diketahui bahwa dalam membelajarkan siswa guru memiliki kesempatan menyusun dan mendesain pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, maka akan lebih mantap lagi bila guru paham landasan filsafat dan aliran teori pembelajaran tersebut.
Berangkat dari kebutuhan seorang pendidik dalam membelajarkan siswa, perlu dibahas apa saja hal yang mendasari sebuah proses pembelajaran dilaksanakan. Teori beajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya.Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Memilik kondisi pembelajaran di lapangan, para pendidik banyak yang terjebak dalam formatisasi rencana pembelajaran. Bahwa sejatinya perencanaan dan perancangan pembelajaran itu bersumber  dari teori belajar secara hakikatnya. Dengan memahami teori belajar, pendidik memiliki landasan dalam menyusun strategi mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain, para penilik dan pengawas juga tidak dengan mudah menyalahkan sebuah perencanaan pembelajaran hanya karena secara format tidak sesuai. Perlu diketahui, dengan perbedaan aliran teori belajar, maka format dan strategi perencanaan pembelajaran pun akan berbeda.

BAB III
BENTUK-BENTUK BELAJAR

Ragamnya bentuk kehidupan manusia yang ditempah oleh alam telah mengalami proses penyaringan dan bentuk dalam belajar. dengan membentuk model belajar sendiri seseorang dapat lebih mudah memahami sesuatu yang dipelajarinya. berikut adalah bentuk-bentuk belajar:


  1. Belajar teknis 
Mengembangkan keterampilan-keterampilan, dalam menangani  dan memeganag benda-benda serta menyusun bagian - bagian materi menjadi suatu keseluruhan. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: seseorang senang menyayi atau memiliki hobi menyanyi, untuk meningkatkan kompetensinya dalam menyanyi maka ia akan mengikuti kursus atau perlombaaan menyanyi.

  1. Belajar sosial 
Mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: belajar konsep musyawarah yang  diemplementasikan melalui pemilihan ketua kelas.

  1. Belajar estetis 
Membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: seorang murid akan mewarnai atau menggambar sesuai dengan kemampuan dan imajinasinya.

BAB IV
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya.

1.    Prinsip Kesiapan (Readinees). Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswa ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.
2.    Prinsip Motivasi (Motivation). Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
3.    Prinsip Persepsi. Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
4.    Prinsip Tujuan. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajarpada saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai olehseseorang.
5.    Prinsip Perbedaan Individual. Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalamkelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagalmemenuhi kebutuhan seluruh siswa
6.    Prinsip Transfer dan Retensi. Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan sesesoranguntuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
7.    Prinsip Belajar Kognitif. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajarkognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,penemuan masalah dan keterampilan memecahkan masalah yangselanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai danberimajinasi.
8.    Prinsip Belajar Afektif. Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkandirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi,dorongan, minat dan sikap.
9.    Prinsip Belajar Evaluasi. Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saatini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagiindividu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan.
10.    Prinsip Belajar Psikomotor. Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampumengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspekmental dan fisik.

A.    Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

B.     Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.
Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

C.    Keterlibatan Langsung Dalam Belajar
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “leaming by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

D.    Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise“, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar.

E.     Sifat Merangsang Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelaiari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menermakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha meneari dan menemukan konsp-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah mendan saja kurang menarik bagi siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebili giat dan sungguh-sunggub. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

F.     Pemberian Balikan Atau Umpan Balik Dan Penguatan Belajar
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im adalah law of effect – nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).
Siswa belajar sunggub-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
Implikasi Prinsip Belajar
Bagi Siswa
Bagi Guru
Perhatian dan Motivasi           
Dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.
Mengunakan metode yang bervariasi...
Memilih bahan ajar yang diminati siswa..
Keaktifan       
Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri
Keterlibatan langsung/
Pengalaman    
Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.
Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.
Pengulangan   
Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang           
Merancang hal-hal yang perlu di ulang.
Tantangan      
Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan.   
Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.
Balikan dan penguatan           
Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru     
Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.
Perbedaan Individual
Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa        
Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa

Filsafat Ilmu Penting DIpelajari oleh Ridwan MA

BAB I
PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat dan juga sebaliknya, perkembangan ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil merubah pola pikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Menurtu Rachman, (2009) awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi para dewa. Karena itu para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang bergantung pada rasio.
Selnjutnya perkebangan filsafat mengungkap kejadian alam seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Sebagaimana dituturan oleh Surajiyo, (2007).
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling mengarahkan seluruh potensi keilmuwan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama umat manusia.
Mahasiswa pascasrjana sebagai bagian dari sivitas akademika diharapkan memiliki penguasaan yang baik atas bidang ilmu yang ditekuni untuk selanjutnya memanfaatkan ilmu tersebut, baik untuk pengembangan kehidupan dirinya maupun kehidupan masyarakat pada umumnya. Penguasaan ilmu bukan hanya menyangkut penguasaan konsep-konsep serta teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi juga landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu, objek kajian dari ilmu yang dipelajari, metode untuk pengembangan ilmu tersebut, serta kaidah-kaidah moral dan etika mengenai untuk apa ilmu itu harus dimanfaatkan. Atas dasar itulah filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian calon-calon ilmuwan pada umumnya
Di samping itu pembahasan filsafat ilmu sangat penting karena akan mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis, epistemologis maupun aksiologi. Oleh karena itu, penulis mencoba memaparkan  mengenai tujuan dan manfaat filsafat ilmu sehingga diharapkan  para pembaca dapat memahami pentingnya filsafat ilmu dalam kehidupan umat manusia.
  
BAB II
PENTINGNYA MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU

A.  Pengertian Filsfat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani; philosophia. Kata ini merupakan kata majemuk yang berasal dari kata-kata philia (persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (kebijaksanaan). Sehingga arti secara bahasa filsafat adalah seorang pencinta kebijaksanaan Suriansumantri, (1984).
Menurut Adib, (2010) sebahagian mengurainya dengan kata philare atau philo (cinta) dalam arti yang luas yaitu ‘ingin’ dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata sophia (kebijakan) dapat diartikan ‘pandai dan pengertian yang mendalamDengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kebijakan.
Pada sisi yang lain kajian filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai ‘cinta kearifan’. Unsur pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos maknanya ‘gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise)’  Suriasumantri, (2012). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali, sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara bahasa filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada dari kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan. Maka problem pengertian filsafat dalam hakekatnya memang merupakan problem falsafi  yang kaya dengan banyak  konsep dan pengertian.

B.       Hakikat Filsafat Ilmu
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu sebagai segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Pertama filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut hubungan keluar dari kegiatan ilmiah, seperti: tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu. Kedua filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah Beerling, (1988).
Pengertian Filsafat Ilmu menurut beberapa ahli, antara lain:
Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang
filsafat ilmu sebagai berikut. ”That philosophic discipline which isthe systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines”. Filsafat ilmu, merurut Abidin, (2000) merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsepkonsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
Suriasumantri, (1984) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut. Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangap manusia? Kelompok pertanyaan kedua: Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan Filsafat Imu agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Dan seterusnya. Dan terakhir, kelompok pertanyaan ketiga: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?.
Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan tinjauan ilmu secaraepistemologis. Dan pertanyaanpertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis. Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum tiga medan telaah yang tercakup di dalam filsafat ilmu, yaitu:
Filsafat ilmu adalah telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, seperti dituturkan oleh Ravertz, (2009) terhadap lambang yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan ilmu rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi kesejarahan, antropologi, dll.
Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat mengenai ilmu sebagaimana diungkapkan oleh Farid, (2003) upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan dan kepragmatisan. Dari pendappat di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.




C.  Manfaat Filsafat dalam Kehidupan
Berdasarkan pemahaman dasarnya, persepsi ini tidak tepat, meskipun di dalamnya terkandung manfaat. Secara khusus, filsafat merupakan perbincangan mencari hakikat sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan landasan dari sesuatu apapun , tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya, sedikitnya akan merugikan. Menurut Sebani, (2009) apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka filsafat adalah akarnya, yaitu bagian yang berhyubungan langsung dengan sumber kehidupan pohon itu, sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian, ilmu pengetahuan berhubungan dengan apa yang terlihat atau yang biasa disebut menggejala atau mewujud. Terlebih lagi kaum awam, ia hanya dapat melihat sesuatu secara langsung atau yang berhubungan secara langsung, khusunya menjawab kebutuhan nyata dirinya sendiri. Menurut Bertens, (1999) menuturkan dalam perbincangan lebih nyata menurutnya filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali akar masalah, baik berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi, filsafat menyadarkan manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan, dan dilakukannya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan mengenai asumsi yang disebut aksioma, yaitu anggapan dasar yang merupakan tumpuan atau sumber dari awal kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Wacana atau perbincangan filsafat melahirkan asumsi tersebut. Hal tersebut disebut sebagai keyakinan filsafati (philosophical belief). Asumsi tersebut jika terus-menerus ditelaah ketepatannya, bukan tidak mungkin akan mengalami perubahan, entah itu bertambah atau berkurang, atau justru berubah. Akhirnya, teori-teori baru dalam bidang pengetahuan akan bermunculan sehingga lahirlah istilah filsafat ilmu. Filsafat ilmu berperan fundamental dalam melahirkan, memelihara, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Masih berkaitan dengan manfaat filsafat ilmu Semiawan, (2010) menuturkan cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok­­-tembok tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan miteserta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis.
Sejalan dengan perebangan filsafat ilmu, pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.
Menurut Harry, (1981) dasar filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.
Menurut Thoyibi, (1999) keterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan. Itu karena keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung antardisiplin ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik benang merah baha manfaat filsafat ilmu mengintegrasikan atau pengintegrasian ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu.

  1. Manfaat Dalam Kehidupan Praktis
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari. Kendali tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
Menurut Adib, (20011) filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan perbuatan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.

a.  Manfaat filsafat ilmu secara umum
Secara umum daoat dilihat manfaat dari filsafat ilmu adalah sebagai berikut:
1)      Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya.
2)       Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
3)      Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan—atau hanya merupakan sebagian dari kebenaran.
4)      Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam:
a)  menalar secara jelas
b)      membedakan argumen yang baik dan yang buruk
c)      menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas
d)     melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas
e)      melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda.
5)       Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam sejarah dan tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan karya seni.
6)       Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa mendorong kita menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren semuanya ini merupakan ciri dari hasil latihan dalam ilmu filsafat.

b.      Secara khusus manfaat filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni:
1)       Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2)       Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
3)       Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4)       Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
5)       Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut Agraha Suhandi (1989)
6)       Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik
7)       Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
8)       Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
9)       Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
10)  Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
11)   Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
12)   Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
13)  Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
14)  Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
15)  Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
16)  Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
17)  Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

2. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain:
a.       Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin
kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori
yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
b.      Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para
mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut
sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
c.       Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah
mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan
berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.
d.      Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang dikemukakan.
e.       Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
f.       Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.

BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
1.      Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
2.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalammengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untukmembuat hidup menjadi lebih baik.
3.      Filsafat ilmu sangat penting bagi seorang mahasiswa karena untuk membiasakan diri bersikap kritis, logis dan rasional serta menumbuhka rasa toleransi dalam perbedaan pandangan.

B.  Saran-saran
Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari filsafat ilmu agar dapat mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan, mampu membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional Opini & argumentasi, mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta mampu membiasakan diri untuk bersikap kritis. Sebagai manusia yang bermasyarakat, mahasiswa juga harus bisa menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam filsafat ilmu. Mahasiwa dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja tapi harus bisa mempraktekannya langsung dalam masyarakatIPS medel kontekstual.


DATAR PUSTAKA


Abidin, Z. 2000. Filsafat manusia, memahami manusia melalui filsafat. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Adib, M. 2010. Filsafat ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Adib, M. 2011. Filsafat ilmu: ontologi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad, H. 1996. Pengantar filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

.................. 1979. Teologi Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Anton, B. 1986. Metode-metode filsafat. Jakarta: Ghlmia Indonesia.

Beerling dkk.,1997. Pengantar filsafat ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Bertens, K. 1999. Ringkasan sejarah filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Ensiklopedia nasional Indonesia, Jakarta: Cipta Adi Pustaka

Farid, I. F. & Hamid, M. A. 2003. Cepat menguasai ilmu filsafat, Yogyakarta: IRSiSoD

Gie, T. L. 1999. Pengantar filsafat ilmu. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Hadiwijono, H. 1998. Sari sejarah filsafat barat 1. Yogyakarta: Kanisius.

Harry, H. 1981. Pintu masuk ke dunia filsafat. Yogyakarta: Kanisius.








Ibrahim, H. 2002. Tasawuf antara agama dan filsafat. Bandung: Pustaka Hidayah

Lorens, Bagus. 2002. Kamus filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Micheal, M. H. 1987. Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah. Terj Mahbub Djumadi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ravertz, J. R. 2009. Filsafat ilmu: sejarah & ruang lingkup bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rizal, M. 2008. Filsafat ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saifudin, A. E. 1987. Ilmu filsafat dan agama. Surabaya: Bina Ilmu.

Sebani, B. A. 2009. Filsafat ilmu: kontemplasi filosofis tentang seluk-beluk sumber dan tujuan ilmu pengetahuan. Bandung: Pustaka Setia.

Semiawan, C. R. & Yufiarti, S. 2010. Spirit inovasi dalam filsafat ilmu. Jakarta: Indeks.

Suriansumantri, J.S. 1984. Filsafat ilmu, sebuah pengantar populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Suriansumantri, J.S. 2012. Ilmu dalam persprektif.  Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Suriasumantri, Y. 2007. Filsafat ilmu: sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Tafsir, A. 2010. Filsafat ilmu: mengurai ontologi, epistemologi dan aksiologi pengetahuan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Thoyibi, M. 1999. Filsafat ilmu dan perkembangannya. Surakarta: MUP Press.