Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

31 Januari 2016

Teori belajar dan impliasinya dalam pembelajaran

DEFINISI PENGERTIAN BELAJAR
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dari kita yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu. Belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkan perubahaan kelakuan, kegiatan belajar dapat dialami oleh orang yang sedang belajar dan juga diamati oleh orang lain. Dan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.
 DEFINISI PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR
Prinsip Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT DENGAN PROSES BELAJAR
Ada beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita \pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, yang baik bagi siswa untuk meningkatakan upaya belajarnya maupun bagi guru yang digunakan untuk meningkatkan upaya mengajarnya. Berikut ini adalah contoh prinsip-prinspnya:
  1. Prinsip Kesiapan
Yang dimaksud dengan prinsip kesiapan yaitu proses yang dipengaruhi kesiapan siswa atau kondisi siswa yang memungkinkan ia dapat belajar.
  1. Prinsip Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi atau keadaan dari peserta didik untuk mengatur arah kegiatan dan memelihara kondisi tersebut.
  1. Prinsip Persepsi
Prinsip Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup dan dipengaruhi oleh perilaku individu itu sendiri. Setiap individu dapat melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.
  1. Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh setiap individu. Tujuan ini harus lebiah jelas tergambar dalam pikiran dan dapat diterima oleh setiap peserta didik dalam proses pembelajaran itu terjadi.
  1. Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dan dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa.
  1. Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar yang dapat dianggap bermanfaat bila seseorang itu dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru dan pada akhirnya dapat digunakan dalam situasi yang lain. Proses itulah yang disebut dengan Proses Transfer. Sedangkan yang dimaksud dengan Retensi adalah kemampuan sesesorang untuk menggunakan lagi hasil belajar.
  1. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi. Dalam prinsi ini akan melibatkan proses pengenalan dan penemuan.
  1. Prinsip Belajar Afektif
Belajar Afektif akan mencakup beberapa unsur yaitu nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Prinsip belajar afektif seseorang akan menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.
  1. Prinsip Belajar Evaluasi
Belajar evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya pelaksanaan pelatihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan.
  1. Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menetukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktifitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
 Secara umum, prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan:
  1. Perhatian dan Motivasi
  2. Keaktifan
  3. Keterlibatan langsung atau pengalaman
  4. Pengulangan
  5. Tantangan
  6. Balikan dan Penguatan (law of effect)
  7. Perbedaan individual
 PERHATIAN DAN MOTIVASI
Perhatian mempunyai peranan sangat penting dalam kegiatan belajar peserta didik. Perhatian dalam proses belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila perhatian ini tidak ada pada siswa, maka siswa ini perlu dibangkitkan lagi perhatiannya. Selain itu juga, perhatian digunakan sebagai pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar tersebuat akan semakin baik dan hasilnya akan semakin baik juga. Dan oleh sebab itu, guru harus selalu berupaya agar perhatian siswa terpusat pada pelajaran.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar antara peserta didik dengan pendidik. Motivasi yaitu tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi juga mempunyai tujuan yang merupakan salah satu tujuan dari proses belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan. Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan.
 KEAKTIFAN BELAJAR
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Seperti yang telah dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional.
 KETERLIBATAN LANGSUNG DALAM BELAJAR
     Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan, bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe, apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe.
 PENGULANGAN BELAJAR
     Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan mempunyai maksud untuk melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
 TANTANGAN
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
 BALIKAN DAN PENGUATAN
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.
 IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
  1. Perhatiandan Motivasi
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
 Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
 Keterlibatan Langsung atau Pengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
 Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Itulah yang merupakan implikasi dari prinsip pengulangan.
 Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. dan mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
 Balikan dan Penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari gurulorang tua karena hasil belajar yang jelek.
 Perbedaan Individual
Implikasi adanya prinsip perbedaan individual diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis. Untuk memperjelas implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.
 PENUTUP
–          Kesimpulan
  1. Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
  2. Berikut ini prinsip-prinsip belajar:
–  Prinsip Kesiapan (Readinees)
–  Prinsip Motivasi (Motivation)
–  Prinsip Persepsi
–  Prinsip Tujuan
–  Prinsip Perbedaan Individual
–  Prinsip Transfer dan Retensi
–  Prinsip Belajar Kognitif
–  Prinsip Belajar Afektif
–  Prinsip Belajar Evaluasi
–  Prinsip Belajar Psikomotor
  1. Implikasi Prinsip – Prinsip Belajar :
Implikasi Prinsip BelajarBagi SiswaBagi Guru
Perhatian dan MotivasiDituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.Mengunakan metode yang bervariasi…
Memilih bahan ajar yang diminati siswa..
KeaktifanDituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri
Keterlibatan langsung/
Pengalaman
Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.
PengulanganKesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulangMerancang hal-hal yang perlu di ulang.
TantanganDiberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan.Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.
Balikan dan penguatanMencocokan jawaban antara siswa dengan guruMemberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.
Perbedaan IndividualBelajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswaMenentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa
 DAFTAR PUSTAKA
Dimyati 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta
Paulina, Panen, 2003, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT

Teori Belajar

  1. Teori Belajar Humanistik
Implikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Adapun penerapan dalam pembelajaran yaitu :
  1. peran guru menjadi fasilitator dan memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
  2. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
  3. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Dan diharapkan peserta didik bias memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative.
Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan daam konteks yang lebih praktis. Teori ini diangagap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih kongkret dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Semua komponen pendidikan temasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasi dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ni amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
  1. Teori Belajar Behavioristik
 Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Mendudukkan siswa sebagai individu yang pasif. Unsur-unsur penting dalam behavioristik, hubungan S-R, siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yg tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi yang ketat, reinforcement dan hukuman. Aplikasi teori tergantung, tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran Sesuatu yang ada didunia nyata menurut teori ini, terstruktur rapi, teratur maka orang belajar harus dihadapkan aturan yang jelas Tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan Evaluasi menekankan respon pasif, biasanya menggunakan paper and pencil test.
Langkah-langkah pembelajaran Menentukan tujuan pembelajaran Menganalisis lingkungan kelas Menentukan materi pelajaran Memecah materi menjadi bagian kecil-kecil (pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb) Menyajikan materi pelajaran Memberi stimulus Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. Memberikan penguatan/reinforcement ataupun hukuman Memberikan stimulus baru Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman Evaluasi hasil belajar
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.  Pembelajran yang dirancang dan dilaksanakan pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah.  Pengetahuan telah terstruktur denga rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengjar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa.  Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.  Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa aau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dahulu secara ketat.  Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.  Kegagalan dan ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.  Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.  Siswa atau peserta didik adalah objek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
  1. Teori Belajar kognitif
Dalam proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam proses pembelajaran:
  1. Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa.
  2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
  3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior);suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan tujuannya.
  4. Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan individu.
  5. Transfer dalam belajar; yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi lain.
Jadi, pada Teori Belajar ini Implementasi terhadap pendidikan yaitu bahwa keaktifan dalam belajar itu sangat penting. Peserta didik yang belajar secara aktif dan bisa optimal proses asimilasi dan akomodasi antara pengetahuan dan pengalaman akan terjadi dengan baik.
  1. Teori Belajar Kontruktivisme
Implementasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam proses belajar pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode belajar, seperti penjelasan/ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, bermain peran. Pada teknik penjelasan/ceramah, guru menjelaskan tentang suatu materi pelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Pada teknik tanya jawab, sebelum kegiatan inti dalam suatu pembelajaran berlangsung, guru dan siswa dapat melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dengan memanfaatkan pengetahuan awal (dasar) yang dimilikinya. Pada teknik diskusi, siswa mendiskusikan dengan siswa lainnya dan guru mengenai materi pelajaran tersebut. Metode penugasan merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok. Metode pemberian tugas ini juga dapat dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lainnya.
tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari. peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
  1. Teori Belajar Classical Conditioning
Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya
  1. Teori Belajar Operant Conditioning
Operant conditioning merupakan teori belajar yang menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan akan cenderung diulang-ulang. Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
  2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
  3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
  4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
  5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
  6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
  7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
  8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
  9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
  10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
  11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
  12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
  13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
  14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
  15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,administrasi kompleks.
  16. Teori Belajar Koneksionisme
Aplikasi pada teori ini yaitu :
  1. Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
  2. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
  3. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
Penerapan konsep koneksinisme pada proses pembelajaran Kimia. Sebagai contoh: Guru memberikan kesempatan kepada siswa mengerjakan soal di papan tulis, jika salah maka masih ada kesempatan berikutnya, jika benar maka siswa tersebut memperoleh nilai dari guru.
Referensi :
Asri, Budiningsih C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baharudin & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Asrori, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Putr
Yatim, Riyanto. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Pranada Media Group.
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Belajar. Bandung: PT. RajaGrafindo Persada.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Konsep Belajar dan Pembelajaran


Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk medapatkan perubahan dalam dirinya, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.

Menurut Dalyono (2001 : 49), belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang mencakup perubahan tingakh laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sebagainya.

Berdasarkan perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, Slameto (2003 : 2) menyatakan bahwa ”belajar ialah suatu proses dan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.

Robert M. Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009 : 2) memberikan batasan belajar sebagai : perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Dari beberapa devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk medapatkan perubahan dalam dirinya, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.

Belajar adalah suatu proses mengubah performansi yang tidak terbatas pada ketrampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan kebaikan performansi. (Yatim Riyanto, 2009 : 6).

JADI : Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu terhadap lingkungan (pengalaman).

Ciri-ciri belajar :

1. Dari segi proses

a. adanya aktivitas ( fisik, mental, emosional )

b. melibatkan unsur lingkungan

c. bertujuan kearah terjadinya perubahan tingkah laku (behavioral changes)

2. Dari segi hasil
a. bersifat relatif tetap : perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah – ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.
b. diperoleh melalui usaha : merupakan hasil latihan atau pengalaman

Mengapa perlu belajar ?
Potensi manusia bersifat laten dan terbuka
Pertumbuhan dan perkembangan manusia lebih banyak terjadi secara non instingtif/alamiah



PEMBELAJARAN

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran ?

Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Bagaimana ciri-ciri pembelajaran ?
Adanya unsur guru
Adanya unsur siswa
Adanya aktivitas guru dan siswa
Adanya interaksi antar guru – siswa
Bertujuan kearah perubahan tingkah laku siswa
Proses dan hasilnya terencana/terprogram

Mengapa perlu pembelajaran ?
Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif diri individu.
Individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Perlunya lingkungan yang kondusif guna mencapai perkembangan individu secara optimal.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses dan hasil belajar-pembelajaran ?
1. Faktor Guru
Kondisi Fisik
Kondisi kesehatan fisik secara umum
Kondisi fungus inderawi
Kondisi Psikis
suasana kejiwaan :
kompetensi

– paedagogis : kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

b. Pemahaman thd peserta didik

c. Pengembangan kurikulum/silabus

d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yg mendidik dan dialogis

f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g. Evaluasi hasil belajar

h. Pengembangan peserta didik utk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

– kepribadian : Kemampuan kepribadian yg mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia

– social : Kemampuan guru sbg bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul scr efektif dg peserta didik, sesama pendidik, masyarakat sekitar

– Professional : Kemampuan penguasaan materi pembelajaran scr luas dan mendalam yg memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yg ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan
2. Faktor Siswa
Kondisi Fisik

a. kondisi kesehatan fisik secara umum

b. kondisi fungsi inderawi
Kondisi Psikis

– Bakat : Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi dengan nyata apabila sudah belajar atau berlatih. Dari sini maka belajar dan bakat saling berpengaruh.

– Minat : Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.

– Kemampuan : tingkat kemampuan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

– Motivasi : pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang berfungsi sebagai penggerak. Untuk itu siswa perlu di dorong dan di gerakkan dalam rangka proses belajar dan pembelajaran.

– Situasi :

– Kejiwaan : kondisi kejiwaan siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran
3. Faktor Tujuan
Kejelasan : kejelasan tujuan pembelajaran nantinya menjadi tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran.
Urgensi : tingkat kepentingan yang harus didahulukan.
Tingkat kesulitan
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
4. Faktor Materi
Kejelasan : kejelasan materi yang disampaikan oleh guru akan membuat siswa labih mudah paham dan mengerti materi yang disampaikan oleh guru.
Kemenarikan : materi yang menarik biasanya lebih menarik keinmginan siswa untuk menadalami materi tersebut dengan lebih jauh
Sistematika : sistematika penyajian materi juga memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, materi yang disjikan dengan sistematis akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
Jenis materi : setiap materi yang diberikan masing-masing akan memiliki efek yang menimbulkan rangsangan dan tanggapan maing-masing yang nantinya juga akan menghasilkan output yang berbeda-beda. Di sini guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan metode yang sesuai sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas.
5. Faktor Instrumental
Kelengkapan : kelengkapan alat, fasilitas, sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar dan pembelajaran sangat menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Kuantitas : kemampuan suatu alat untuk menunjang proses pembelajaran.
Kualitas : mutu dari alat yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran.
Kesesuaian : antara alat peraga dengan materi yang sedang di bahas.
6. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan fisik

Suhu dan kelembapan udara : suhu yang panas akan mengganggu proses belajar dn pembeljarn. Keadaan yan g panas menjadikan sisw tidak nyaman berada di dalam kelas dan cenderung memecah konsentrasi.
2. Lingkungan sosial

manusia : keadaan manusia yang berhubungan dengan lingkungan pembelajaran.
3. representasi manusia :

keberadaan manusia yang sesuai dengan fungsinya dalam pembelajaran.



TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


1. Apa yang dimaksud dengan tujuan belajar – pembelajaran ?Tujuan belajar-pembelajaran merupakan perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa sehubungan dengan aktivitas belajar – pembelajaran dilakukan
2. Apa urgensi penetapan dan perumusan
tujuan belajar-pembelajaran ?

Penetapan dan perumusan tujuan belajar – pembelajaran sangat

penting, karena sebagai dasar dalam :
Menyusun alat/instrumen evaluasi
Menentukan materi/ pengalaman yang diperlukan
Memilih dan menentukan sarana (alat pelajaran, alat peraga, media) yang diperlukan
Memilih dan menetukan metode belajar – pembelajaran yang diperlukan

3. Jenis tujuan dalam belajar-pembelajaran meliputi apa saja ?
Tujuan kurikuler ( standart kompetensi) Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang luas
Tujuan pembelajaran umum (kompetensi dasar) Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang relatif terbatas
Tujuan pembelajaran khusus (indikator) Menggambarkan perilaku eksternal dalam lingkup yang spesifik

4. Jenis-jenis perilaku yang menjadi dasar dalam penentuan dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran meliputi apa saja ?

1. Perilaku ranah kognitif (Ranah proses berfikir (cognitive domain))

2. Perilaku ranah afektif (Ranah nilai atau sikap (affective domain))

3. Perilaku ranah psikomotor (Ranah keterampilan (psychomotor domain))
PERILAKU RANAH KOGNITIF

– Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi, (jenis perilaku yang berkaitan dengan kemampuan mengingat dan berfikir (memecahkan masalah)).

– Terdiri atas 6 (enam) kategori / jenjang jenis perilaku
Pengetahuan : kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus, dsb. Pengetahuan atau ingatan adalah proses berfikir yang paling rendah.

Perilaku internal : mengetahui ………..

Perilaku eksternal a.l : menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi.

Contoh, dapat menghafal Al-Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar.
Pemahaman : kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. (kemampuan menangkap makna suatu obyek). Perilaku internal a.l : memahami ………., menginterpretasikan. Perilaku eksternal a.l : menjelaskan, menerangkan, memberi.

Contoh : peserta didik dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat Al-Ashar secara lancar dan jelas.
Penerapan : kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara, metode, prinsip, rumus, teori, dsb. Penerapan ini adalah proses berfikir yang setingkat lebih tinggi daripada pemahaman. (kemampuan menerapkan … dalam situasi yang baru/konkrit). Perilaku internal a.l : menggunakan…, membuat. Perilaku eksternal a.l : mendemonstrasikan, menghitung, membuktikan.

Contoh : peserta didik mampu memikirkan tentang konsep penerapan kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Analisis : kemampuan seseorang untuk memerinci atau mengurikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian atau faktor yang satu dengan yang lainnya. Jenjang analisis setingkt lebih tinggi dari jenjang penerapan. (kemampuan menguraikan suatu kesatuan kedalam bagian-bagian).

Perilaku Internal a.l : menganalisis, merinci.

Perilaku eksternal a.l : membandingkan, membagi, memisahkan, memilih.

Contoh : peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumh, di sekolah, dan di masyarakat sebagai bagian dari ajaran Islam.
Sintesis : kemampuan berfikir yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjadi suatu pola yang berstruktur dan berbentuk pola baru. Salah satu hasil dari sintesis adalah : peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana yang telah di ajarkan oleh Islam. (kemampuan mengintegrasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan).

Perilaku internal a.l : menyususun ,menghasilkan.

Perilaku eksternal a. l : merangkaikan, menyimpulkan.
Evaluasi kemampuan seseorang untuk melakukan pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai, atau ide, misalkan seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan dan kriteria yang ada.

Contohnya : peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin, dan dapat menunjukkan manfaat dan akibat-akibat negatif yang akan menimpa bila seseorang tidak berlaku disiplin (kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu).

Perilaku internal a.l : mempertimbangkan, menilai.

Perilaku eksternal a.l : membedakan, mengkritik

Keterangan :

Pengetahuan adalah jenjang berpikir paling dasar, pemahaman mencakup pengetahuan, penerapan mancakup pemahaman dan pengetahuan, analisis mencakup penerapan, pemhaman dan pengetahuan, sintesis meliputi analisis, penerapan, pemahaman dan pengetahuan, penilaian meliputi sintesis, analisis, penerapan, pemahaman, dan pengetahuan.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mancakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana , yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah.
PERILAKU RANAH AFEKTIF

– Ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak, perilaku, seperti perasan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri – ciri hasil belajar ranah afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku antra lain : perhatiannya terhadap mata pelajarn pendidikan Agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama di sekolahnya, motivasi yang tinggi untuk mengetahui ajaran agama Islam, dan rasa hormat terhadap guru yang menyampaikan. (Jenis perilaku yang berkaitan dg nilai, norma, sikap, perasaan, kemauan).

– Terdiri atas 5 (lima) kategori / jenjang jenis perilaku
Penerimaan kepekaan seseorang terhadap rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Yang termasuk pada jenjang ini adalah keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Penerimaan juga sering diberi pengertian dengan kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada tahap ini peserta didik dibina agr mereka bersedia menerima nilai – nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu. (adanya kesadaran dan perhatian terhadap stimulan yang datang ).

Perilaku internal: menunjukkan ….

Perilaku eksternal : mengikuti, menyatakan, menjawab.
Partisipasi ( memberikan tanggapan secara verbal ataupun tindakan). Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomene tertentu dan membuat reaksi terhadap salah satu cara. Contoh : peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari sesuatu lebih jauh dan menggali lebih dalam lagi.

Perilaku internal : mematuhi, berperan secara aktif.

Perilaku eksternal : melaksanakan, menyumbangkan, melaporkan.
Penilaian/Penetuan sikap (penyesuaian diri sesuai dengan penilaian yang telah dilakukannya).Menilai, menghargai atau memberikan nilai dan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak di kerjakan, dirasakan akan membawa kerugian dan penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, peserta didik tidak hnya mau menerima nilai yang di ajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep dan fenomena baik dan buruk.

Contohnya : tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Perilaku internal : mengakui, menyepakati, menyukai, menghargai. Perilaku eksternal : mengajak, menolak, melaksanakan, membela, ikut serta.
Organisasi (menghubungkan antar nilai menjadi suatu sistem nilai)
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal yang membawa pada perbaikan secara umum.

Contohnya : peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan tahun 1995. Perilaku internal : membentuk sistem nilai.

Perilaku eksternal : merumuskan, mengatur,.
Pembentukan pola hidup (menjadikan sistem nilai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya)Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola kepribaduian dan tingkah lakunya. Pada tahap ini sikap batin peserta didik telh bener-benar bijaksana. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentuk karakteristik yang menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contohnya : siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya pesertta didik menjadikan perintah Alloh SWT yang menyangkut kedisiplinan.

Perilaku internal : menunjukkan …… melibatkan diri ……..

Perilaku eksternal : memperlihatkan, bertahan, membuktikan

Keterangan :

Ranah afektif tidak dapat di ukur sebagaimana ranah kognitif karena dalam anah afektif kamampuan yang di ukur adalah menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi, dan pembentukan pola hidup. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung, menolak dan netral.

Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap yakni berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, dan berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut.
RANAH PSIKOMOTORIK

– Merupakan ranah yang berkaitan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (merupakan perilaku yang menyangkut aspek ketrampilan/gerakan). Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan kegiatan tertentu sesuai dengan makna yeng terkandung dalam ranah kognitif dan afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam.

Contohnya :
Peserta didik bertanya pada guru agama tentang contoh-contoh sikap disiplin yang telah ditunjukkan oleh Rosululloh.
Peserta didik berusaha mencari sumber-sumber yang mebahas tentang kedisiplinan.
Peserta didik menganjurkan kepada teman-temannya untuk berbuat disiplin baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

– Terdiri atas 7 (tujuh) kategori jenis prilaku
Persepsi (kemampuan mengenal obyek motorik dengan panca indera). Perilaku internal : membedakan, menafsirkan.

Perilaku eksternal : mengidentifikasi, membedakan, memilih
Kesiapan (kemampuan mempersiapkan diri untuk melakukan suatu gerakan). Perilaku internal : berkonsentrasi, menyiapkan diri.

Perilaku eksternal : menunjukkan, mengawali, mempersiapkan.
Gerakan terbimbing (kemampuan melakukan gerakan dengan mengikuti contoh).

Perilaku internal : meniru contoh.

Perilaku eksternal : mengikuti, memasang, mencoba, membuat.
Gerakan terbiasa (kemampuan melalukan gerakan tanpa melihat contoh). Perilaku internal :terampil.

Perilaku eksternal : memainkan, mendemonstrasikan, mengatur.
Gerakan kompleks ( kemampuan melakukan serangkaian gerakan secara tepat, lancar, luwes).

Perilaku internal : terampil ….

Perilaku eksternal : memasang, membongkar,mendemonstrasikan.
Penyesuaian pola gerakan (kemampuan menyesuaikan gerakan dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya).

Perilaku internal : menyesuaikan diri, bervariasi.

Perilaku eksternal : mengubah,mengatur, membuat variasi.
Penciptaan pola gerakan (kemampuan membuat pola gerakan baru). Perilaku internal : menciptakan sesuatu yang baru.

Perilaku eksternal : merancang, menciptakan, mendesain.



PERAN GURU DALAM BELAJAR PEMBELAJARAN


1. Merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran.

Agar kegiatan belajar dan pembelajaran terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, guru harus merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan diselenggarakan. Secara administratif rencana ini dituangkan dalam RPP. Secara sederhana RPP dapat diumpamakan sebagai sebuah skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam interval waktu yang telah ditentukan. RPP akan dijadikan pegangan guru dalam menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
2. Menyiapkan Kegiatan Belajar dan Pembelajaran.

Kegiatan ini meliputi: administrasi, bahan ajar, peralatan, dan sarana non fisik, seperti kesiapan psikologis dan intelektual guru dlm menyajikan materi serta mengevaluasi hasil belajar
3. Menyelenggarakan Kegiatan Belajar dan Pembelajaran.

Dalam kegiatan ini pertanyaan yang harus diajukan guru pada dirinya sendiri bukan hanya apa materi yg hrs dipelajari siswa tetapi juga bagaimana cara yg terbaik siswa mempelajari materi tersebut. Terkait dengan pertanyaan yeng terakhir maka guru diharapkan kehadirannya di dalam kelas.
4. Mengevaluasi hasil belajar dan pembelajaran
Evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar
Evaluasi meliputi evaluasi terhadap proses belajar dan evaluasi terhadap hasil belajar
Hasil evaluasi digunakan utk mengambil langkah2 tindak lanjut
Jika hasil evaluasi menunjukkan ada masalah maka tindak lanjutnya adalah memberikan solusi.
Jika hasil evaluasi menunjukkan keberhasilan maka tindak lanjutnya adalah pengayaan atau pengembangan.

KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI GURU


1. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan peserta didik, meliputi;
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis pada mata pelajaran, guru seharusnya guru memiliki kesesuaian dengan subjek yang dibina. Selain itu guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang di akreditasi pemerintah.
Pemahaman terhadap peserta didik.

Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-msa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadapa latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
Pengembangan kurikulum/silabus.

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
Perancangan pembelajaran.

Guru memiliki perencanaan sistem pembelajaran yang memanfatkan sumberdaya yang ada. Semua aktifitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yng direncanakan.
Pelaksanaan pembelajaran yg mendidik dan dialogis

Guru menciptakan suasana belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
Pemanfaatan teknologi pembelajaran

Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajr dan mengadministrasikn dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.
Evaluasi hasil belajar.

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluai pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
Pengembangan peserta didik utk mengaktualisasikan berbagai potensi yg dimilikinya.

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

2. Kompetensi Kepribadian

Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Sehingga pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru. Sebgai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian diantaranya :
kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama.
Kemampuan berperilaku yang sesuai dengan norma, aturan dan system nilai yang berlaku di masyarakat.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan santun dan tata karma.
Bersikap demokratis dn terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

3. kompetensi sosial

Kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul scr efektif dg peserta didik, sesama pendidik, masyarakat sekitar yang sekurang-kurangnya meliputi :

– Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

– Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

– Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan,

– Bergaul secara santun dengan lingkungan sekitar.
4. Kompetensi Profesional

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Beberapa hal yang terkait dengan hal tersebut ruang lingkup dari kompetensi professional antara lain:

– Kemampuan untuk menguasai landsan kependidikan, misalnya paham dengan tujuan pendidikan, tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran, dsb.

– Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dsb.

– Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang di ajarkan.

– Kemampuan mengaplikasikan berbagai metode dan strategi pembelajaran.

– Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

– Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.

– Kemampuan dlam melaksanakan unsure-unsur penunjang misalnya bimbingan dan penyuluhan.

– Kemampuan dlam melaksanakan penelitin dan berpikir secara alamiah.

SEPERANGKAT TUGAS GURU
TUGAS PENGAJAR SEBAGAI PENGELOLA PEMBELAJARAN :
Tugas manajerial, memimpin dirinya sendiri, anak didik dan masyarakat terkait yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan. Tugas administrasi (memimpin kelas) baik internal maupun eksternal :

– berhubungan dengan peserta didik

– alat perlengkapan kelas

– tindakan-tindakan profesional
Tugas edukasional : seorang guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar saja tetapi juga mendidik yaitu mengarahkan anak didik untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Menyangkut fungsi mendidik, bersifat :

– Motivasional : mampu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.

– Pendisiplinan : mendidik siswa uintuk lebih berdisiplin dalam segala hal, memberikan contoh perilaku disiplin dari kegiatan sekolah maupun di lingkungan sekitar.

– sanksi sosial (tindakan hukuman) : memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan pelanggaran dengan cara yang mendidik.
Tugas instruksional : merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengevaluasi hasil belajar siswa serta mengevaluasi program pengajaran yang telah dilaksanakan. Sebagai seorang pengajar dan pendidik, guru mamiliki peran yang aktif antara peserta didik dan ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan seorang guru adalah mengajak manusia menuju sesuatu yang lebih baik.

Menyangkut fungsi mengajar, bersifat :

– penyampaian materi

– pemberian tugas2 pada peserta didik

– mengawasi dan memeriksa tugas
TUGAS PENGAJAR SEBAGAI PELAKSANA (EXECUTIVE TEACHER)
Secara umum : sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kbm agar mencapai hasil yang baik.
Lingkungan belajar yang kondusif : lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

Secara khusus tugas guru sebagai pengelola pembelajaran.
Menilai kemajuan program pembelajaran
Mampu menyediakan kondisi yg memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja (learning by doing)
Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dlm menggunakan alat2 belajar
Mengkomunikasikan semua info dari dan/atau ke peserta didik
Mengkoordinasikan, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas
Membuat keputusan instruksional dlm situasi tertentu
Bertindak sebagai manusia sumber
Membimbig pengalaman peserta didik sehari-hari
Mengarahkan peserta didik agar mandiri
Mampu memimpin kegiatan belajar yg efektif dan efisien utk mencapai hasil yg optimal.

Kemampuan yang dituntut dimiliki oleh guru agar dapat menumbuhkan minat dalam proses pmbelajaran.
Mampu menjabarkan bahan pembelajaran ke dalam berbagai bentuk cara penyampaian
Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi
Menguasai cara belajar yg efektif sesuai dg tipe dan gaya belajar yg dimiliki peserta didik scr individual
Memiliki sikap positif terehadap tugas profesinya , mata pelajaran yg dibinanya sehingga selalu berupaya meningkatkan kemampuan dlm melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesuai dg kebutuhan dan tuntutan mapel yg dibinanya
Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran
Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik
Memahami sifat dan karakteristik peserta didik
Terampil dlm menggunakan sumber2 belajar yg ada sbg bahan atau media belajar peserta didik
Terampil dlm mengelola kelas shg tercipta suasan yg menyenangkan.

Syarat Guru

Syarat umum :
Memiliki kualifikasi/berijasah
Sehat jasmani dan rohani
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Orang yang bertanggung jawab
Berjiwa nasional

Syarat lain
Adil dan dapat dipercaya.
Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didik
Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis.
Bersikap baik kepada rekan, staf di sekolah dan masyarakat.
Memiliki wawasan yg luas dan menguasai mapel yang dibinanya.
Selalu introspeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun.
Selalu berupaya meningkatkan pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi.

DIMENSI BELAJAR

Suatu paradigma yang dapat digunakan pengajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yg berpijak pada teori kognitif.

Dimensi belajar dikembangkangkan berdasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar.

MARZANO,PICKERINGDAN MC TIGHE (1993) MEMILAH BELAJAR MENJADI 5 DIMENSI
Pengembangan sikap dan persepsi yg positif terhadap belajar
Menjadi modal dasar utk memunculkan prakarsa belajar.
Tanpa sikap ini belajar mungkin tdk akan pernah terjadi
Tanpa sikap ini siswa akan merasa tidak nyaman di kelas
Tanpa sikap ini siswa mungkin tdk akan mengerahkan seluruh kemampuannya utk mengikuti aktivitas kbm
Perolehan dan pengintegrasian pengetahuan

Merupakan aspek belajar yg sangat penting. Oleh karena itu guru perlu berupaya seoptimal mungkin membantu siswa utk memperoleh pengetahuan, mengintegrasikan pengetahuan itu dg struktur pengetahuan yg telah dimilikinya, dan mempertahankannya dalam ingatannya
Perluasan dan penyempurnaan pengetahuan
Perolehan dan pengintegrasian pengetahuan bukan merupakan akhir dari proses belajar
Siswa perlu memperluas dan memperdalam serta menyempurnakan pengetahuannya dg cara menambah atau mengaitkan dg hal2 yg baru
Aktivitas mental yg muncul pada tahap ini : membandingkan, mengklasifikasi, membuat induksi, membuat deduksi, menganalisis kesalahan, dll
Penggunaan pengetahuan secara bermakna

Belajar baru dpt dikatakan efektif bila siswa mampu menggunakan pengetahuan yg telah dipelajarinya utk mengerjakan tugas2 secara bermakna.

Contoh : pengambilan keputusan, penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, dan penemuan
Pembiasaan mental berpikir produktif
Pemerolehan memang penting tetapi bukan tujuan yg terpenting dlm pembelajaran
Tujuan terpenting dlm pembelajaran adalah mengembangkan kebiasaan mental yg memungkinkan siswa dpt belajar menurut caranya sendiri apa yg ia ingin pelajari
Kebiasaan mental yg dimaksud adalah : selalu mencari kejelasan, openminded, kritis thd pikiran sendiri, mengevaluasi tindakan, meningkatkan batas pengetahuan dan kemampuan, terlibat secara intensif dlm tugas meskipun pemecahannya tidak segera nampak

Cara Merancang Pembelajaran

Dengan mempertimbangkangayabelajar, rentangan perhatian-minat-kegemaran, ingatan, tahap perkembangan, dan kecerdasan siswa sangat bervariasi, maka dlm merancang pembelajaran guru perlu melakukan hal2 :
Sediakan pilihan tugas (tidak semua siswa mengerjakan tugas yg sama)
Sediakan pilihan bagaimana cara memperlihatkan bahwa siswa telah menguasasi apa yg dipelajari
Sediakan waktu yg cukup utk memikirkan dan mengerjakan tugas
Jangan terlalu banyak menggunakan tugas/tes yg telah ditetapkan waktunya
Sediakan kesempatan utk berpikir ulang dan melakukan perbaikan
Libatkan pengalaman2 konkrit

Dengan Mempertimbangkan Bahwa Siswa Berbakat Cenderung Memiliki Rasa Ingin Tahu Yg Sangat Kuat Akan Banyak Hal, Perlu Memasukkan Strategi Yg Dapat
Mendorong munculnya berpikir divergent, kaitan dan pemecahan ganda, bukan hanya ada satu jawaban benar
Mendorong munculnya berbagai jenis luapan pikiran/aktivitas seperti main peran, simulasi, debat, pemberian penjelasan pada teman
Menekankan pada ketrampilan berpikir kritis; analisis, membandingkan, generalisasi, memprediksi, menghipotesis
Memberikan kesempatan pada siswa utk melakukan evaluasi diri/kelompok




Dengan Mempertimbangkan Bahwa Siswa Sangat Membutuhkan Suasana Yg Bebas Dlm Melakukan Kontrol Diri, Guru Perlu :
Memberikan kesempatan utk menerapkan cara berpikir dan belajar yg paling cocok dg dirinya
Memberikan kesempatan kpd siswa melakukan evaluasi diri tentang cara berpikirnya, tentang cara belajarnya, tentang mengapa ia menyukai tugas tertentu, dll
Memotivasi siswa dg tugas2 riil dalam kehidupan sehari-hari dan kaitkan tugas tsb dengan pengalaman pribadi
Mendorong siswa utk memahami kaitan antara usaha dan hasil

Dengan Mempertimbangkan Bahwa Belajar Pada Dasarnya Memiliki Aspek Sosial, Dan Siswa Berbakat Harus Tetap Mampu Belajar Bersama dengan Siswa Yg Lain, Maka Perlu Rancangan Pembelajaran Yang:
Memberikan kesempatan kpd siswa yg berbakat utk melakukan kerja kelompok
Menggabungkan kelompok2 yg hiterogen
Mendorong siswa utk memainkan peran yg bervariasi
Dalam evaluasi memperhitungkan proses dan hasil kelompok

KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA

Gayakognitif : cara bagaimana seseorang mengolah informasi

Dimensigayakognitif :
Bruner, goodnow, dan austin(1956) memperkenalkan gayakognitif focussing-scanning.

yg termasuk kelompok focussing : bila dihadapkan masalah masalah cenderung menunda pemecahannya sampai memperoleh data yg cukup utk melakukannya.

SCANNING :

Cenderung cepat mengambil keputusan pemecahan masalah, dan memilih alternatif pemecahan lainnya apabila alternatif yg pertama gagal memecahkan masalah

2. Kagan (1966) : gayakognitif reflektif dan impulsif

individu yg masuk kelompok reflektif cenderung jarang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tugas2 yg sulit dibandingkan dg individu kelompok impulsive individu yg masuk kelompok reflektif memiliki keinginan yg besar utk bertindak benar sejak awal penyelesaian tugas2nya, selalu berpikir sebelum menjawab pertanyaan. Sementara individu kelompok impulsif cenderung menggunakan pendekatan “shotgun” dg segera menetapkan pemecahan masalah atau mengemukakan beberapa kemungkinan jawaban dg harapan ada salah satu yg benar. Kelompok impulsif cenderung ingin cepat mengerjakan tugasnya dan melakukan banyak kesalahan sedangkan kelompok reflektif menyelesaikan tugasnya lebih analitis dan banyak pertimbangan sehingga cermat.

WITKIN (1954) : FIELD DEPENDENT(GLOBAL) – FIELD INDEPENDENT (ARTICULATED)

FIED DEPENDENT :
Kurang mampu memisahkan hal2 yg relevan dengan hal2 yg kurang relevan
Kurang mampu mengingat hal2 yg rinci bila dihadapkan pada tes yg bersifat mengingat
Cenderung menerima informasi apa adanya
Cenderung mudah dipengaruhi
Cenderung menaruh perhatian pada hubungan sosial dan banyak berkecimpung pada bidang humaniora dan ilmu sosial lainnya.

FIELD INDEPENDENT
Dapat dengan mudah memisahkan hal2 yg relevan dg hal2 yg kurang relevan
Cenderung melakukan analisis dan sintesis thd informasi yg diterima/dipelajari
Cenderung berminat pada bdang sains.

TEORI BELAJAR ALIRAN BEHAVIORISTIK

A. ASUMSI

Manusia dipandang sebagai organisme yang pasif. Prilaku manusia dikuasai oleh stimulus yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu perilaku manusia dapat dikontrol/ dikendalikan melalui pemanipulasian lingkungan

B. CIRI- CIRI ALIRAN BEHAVIORISTIK
Mementingkan pengaruh lingkungan
Mementingkan bagian-bagian
Mementingkan peranan reaksi
Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Dalam pemecahan masalah ciri khasnya adalah “trial and error”

Pada teori behavioristik terdapat beberap teori antara lain sbb:
1. Teori Koneksionisme

Belajar berlangsung melalui pembentukan koneksi (asosiasi, bond) antara stimulus dan respon (learning by selecting and connecting atau trial and error learning) berdasarkan hokum tertentu antara lain :
Hukum Kesiapan (Law Off Readness)

semakin siap suatu organisme memperoleh perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.

Misalnya :

Jika anak merasa senang dengan pelajaran jahit menjahit maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila ini dilaksanakan maka ia akan puas dan belajar menjahit akan mengkasilkan prestasi yang memuaskan.
Hukum Latihan/Pengulangan (Law Of Exercise)

semakin sering tingkah laku di ulang/dilatih (digunakan) maka asosiasi itu semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi yang merupakan perangsang dengan tindakan yang akan lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi di antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering di ulangi materi pelajaran akan semakin di kuasai.
Hukum Efek/Akibat (Law Of Effect).

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak mnemuaskan. Sesuatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahaankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak diulangi.

Selanjutnya Thorndike menjabarkan hukum tambahan sebagai berikut :
Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response).

Hokum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat memecahkan masalah yang dihadapi.
Hukum Sikap (Set/Attitude)

Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Propertency of Element)

Hokum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif)
Hukum Respon By Analogy

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah didalami karena sesungguhnya individu dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga transfer atau pemindahan unsur-unsur yang telah di kenal ke situasi baru. Makin banyak unsure yang sama maka transfer akan semakin mudah.
Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang di kenal ke situasi yang belum di kenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsure baru dan membuang sedikit demi sedikit unsure yang lama.


S

Stimulus

Bond



R

Respon

2. Teori Operan Kondisioning (B.F. Skinner)

Operant conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Tingkah laku yang muncul karena stimulus tertentu akan lebih kuat jika diikuti dengan adanya stimulan penguat (reinforcing stimuli).

Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting daam belajar adalah penguatan.

Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku atau penghargaan. Bentuk penguatan negatif antara lain menunda memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :

– Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguatan.

– Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

– Materi pelajaran digunakan sebagai modul.

– Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah guna menghindari hukuman.

– Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

– Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
3. Condition Of Learning (Robert Gagne)

Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dangayabelajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
4. Teori Bandura

Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik
Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.

Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model
Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

¡ Mementingkan pengaruh lingkungan

¡ Mementingkan bagian-bagian

¡ Mementingkan peranan reaksi

¡ Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon

¡ Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

¡ Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

¨ Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini :

¨ guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru.

¨ Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

¨ Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

¨ Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.

¨ Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.

¨ Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

¨ Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan.

¨ Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.

¨ Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak

Kritik terhadap behavioristik

— Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

Daftar Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Abdorrakhman Ginting, 2008, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran,Bandung : Humaniora

Nana Sudjana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Yatim Riyanto, 2010, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group

W. Gulo.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia

Winkel. 1981. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo