Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

31 Januari 2016

Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran

A.  Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Proses pembelajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan informasi, idnividualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir.
Menurut Susdiyanto, Saat, dan Ahmad (2009: 27), pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Sehubungan dengan itu, Suprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
Senada dengan itu, Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan pembelajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

B.  Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai berikut. Pertama; saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.Kedua; diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat. Ketiga; pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri.
Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) menekankan pada pemecaham masalah; (2) mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja; (3) mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali; (4) menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; (5) mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama; dan (6) menggunakan penilaian otentik.
Lain halnya dengan Nurhadi, ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajara kontekstual yang perlu diperhatikan guru, yakni: (1) merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial, (2) membentuk kelompok yang saling bergantung, (3) menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri, (4) mempertimbangkan keragaman siswa, (5) mempertimbangkan multi intelegensi siswa, (6) menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan masalah, dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, (7) menerapkan penilaian autentik (dalam http://www.sekolahdasaar.net/2011/12/prinsip-pembelajaran-kontekstual.html).
 Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni: (1) pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta; (2) kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan; dan (3) pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.

C.  Komponen Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama pembelajaran efektif. Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dalam pembelajaran kontekstul. Komponen-komponen dimaksud adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). (Nurhadi dalam Sagala, 2009: 88-91; Suprijono, 2011: 85).
1)      Konstruktivisme; yakni mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan atau keterampilan barunya. Sumiati dan Asra (2009: 15) mengemukakan lima elemen belajar konstruktivisme, yaitu: (a) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiating knowledge), (b) perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), (c) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (d) mempraktekkan pengetahuan (applyng knowledge), dan (e) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).
2)      Bertanya; yakni mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; (b) mengecek pemahaman siswa; (c) membangkitkan respon pada siswa; (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (e) mengetahui hal-hala yang sudah diketahui siswa; (f) memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (h) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. (Sagala, 2009: 88).
3)      Menemukan; merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil megingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.
4)      Masyarakat belajar; yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar daam kelompok). Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
5)      Permodelan; menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Dengan adanya model, siswa akan lebih mudah meniru apa yang dimodelkan. Pemodel tidak hanya orang lain, guru atau siswa yang lebih mahir dapat bertindak sebagai model.
6)      Refleksi; dilakukan pada akhir pembelajaran. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi kembali hal-hal yang telah dipelajari.
7)      Penilaian sebenarnya; yaitu upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan laporannya, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis (Riyanto, 2010: 176).

D.  Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual jika menerapkan komponen utama pembelajaran efektif seperti yang diuraikan di muka. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui dan memahami penerapan pembelajara kontekstual itu sendiri. Sagala (2009: 92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; (3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) menciptakan masyarakat belajar; (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; (7) dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Di sisi lain, berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD), penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut: (1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu siswa agar yang dipelajari bermakna; (2)Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya; (3) Applyng, belajar menekankan pada p
roses pendemonstrasian pengetahuan yang dimiliki dalam kenteks dan pemanfaatannya; (4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal, atau hubungan intersubjektif; dan (5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru (Suprijono, 2011: 84).

DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru PembelajaranSebagai Referensi bagi Pendidik dalam Impelementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. (Cet. II). Jakarta: Kencana.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM(Cet. V). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susdiyanto, Saat, dan Ahmad. 2009. Strategi Pembelajaran. (Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru). Makassar: Panitia Sertfikasi Guru Agama Rayon LPTK Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

DATAR PUSTAKA


Abidin Zainal, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.

Achmadi Asmoro, Pengantar Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Ahmad Tafsir. 2010. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ahmad Zaenal Abidin, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakara: Bulan Bintang, 1975.

Al-Ahwani Ahmad Fuad, Filsafat Islam,Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.

Al-Ahwany Ahmad Fu`ad, al-Falsafah al-Islamiyyah, Kairo: Maktaba alSaqafiyyat, 1962.

Al-Ghamimi Abu al-Wafa, Sufi Dari Zaman ke Zaman, terj Afif Muhmmad, Bandung: Pustaka Setia, 1998.

Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, Mesir: Dar al-Ma’arif, 1966.

Al-Iraqi Muhammad Athif, Al-Naz’ah al-Aqliyah fi Falsafah Ibn Rusyd, Kairo: Dar al-Ma;arif, 1979.

Aminrazavi Mehdi, Pendekatan Rasional Suhrawardi Terhadap Problem Ilmu Pengetahuan, dalam jurnal Al-Hikmah, Bandung: edisi 7 Desember, 1992.

Ammar Hasan Abu, Ringkasan Logika Muslim, Jakarta: Yayasan al-Muntazhar, cet 1, 1992.

Anshari Endang Saifudin, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu, cet VII, 1987.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipta, 2002.

Armstrong Karen, Masa Depan Tuhan, terj. Yuliani Liputo, Bandung: Mizan, 2011.

Atjeh Abu Bakar, Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam), Jakarta: Tinta Mas, 1965.

Bagus Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.


Bakhtiar Amsal, Filsafat Agama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Bakker Anton, Metode-metode Filsafat, Jakarta: Ghlmia Indonesia 1986.

Baqir Haidar, Buku Saku Filsafat Islam, Bandung: Mizan Pustaka, 2005.

Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Beni Ahmad Sebani, 2009. Filsafat Ilmu: Kontemplasi Filosofis tentang Seluk-Beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan. Bandung: Pustaka Setia.

Bertens K, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999.

Conny R. Semiawan, TH. I Setiawan, Yufiarti. 2010. Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Indeks.

Cress Donal A, Discourse on method and Meditations on First Philosophy Cambridge: Hackett Publishing Company Indianapolis, 1980.

Daudy Ahamad, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1994.

Descartes Rene, Diskursus dan Metode, terj. Ahmad Faridl Ma’ruf, Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.

Drajat Amroeni, Suhrawardi:kritik falsafah paripatetik, Yogyakarta: PT LKis Pelangi Aksara, 2005.

Fakhry Majid, Sejarah Filsafat Islam, tej, Mulyadhy Kartanegara, Jakarta: Pustaka Jaya, 1987.

Fatimah Irma, (ed), Filsafat Islam Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam (LSFI), 1992.

Gallagher Kenneth T, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, ter. Hardono Hadi, Yogyakarta; Kanisius, 1994.

Garvey James, 20 Karya Filsafat Terbesar, Yogyakarta; Kanisius, 2010.

Gazalba Sidi, Ilmu dan Islam, Jakarta: CV Mulya, 1969.

Gazalba Sidi, Sistematika filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, cet I, 1992.

Hadi Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit PSI.UGM:1980.

Hadiwijono Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 1980.

Hamersma, Harry, 1981, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yogyakarta: Kanisius.

Hanafi Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Hanafi Ahmad, Teologi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Hart Micheal H., terj Mahbub Djumadi, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1987.

Harun Hadiwijono. 1998. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius.

Hilal Ibrahim, Tasawuf Antara Agama dan Filsafat, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002 .

http://amirdapir.blogspot.com/2012/11/pengertian-intelegensi_20.html diakses pada tanggal 11 Maret 2013.


http://carabuatblogerrr.blogspot.com/2012/11/akal-rasio-identikkah.html diakses pada tanggal 11 Maret 2013.

http://sayuraseum.tumblr.com/post/24613486557/potensial-dalam-diri-manusia diakses pada tanggal 11 Maret 2013.


http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/rasionalitas02.html diakses pada tanggal 11 Maret 2013.

http://zainabzilullah.wordpress.com/2013/01/20/filsafat-islam-vis-a-vis-filsafatbarat/.

Huijbers Theo, Mencari Tuhan, Pengntar Ke dalam Filsafat Keuhanan, Yogyakarta: Knisius, 1992.

Iqbal Muhammad, Ibnu Rusyd dan Averroisme, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004.

 Ishak Muslim, Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari Barat (Spanyol), Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980.

 Isma’il Fu’ad Farid, Mutawalli Abdul Hamid, Cara Mudah Belajar Filsafat, Barat dan Islam, Yogyakarta: IRCiSod, 2012.

Isma’il Fuad Farid, Mutawalli Abdul Hamid, Cepat Menguasai Ilmu Filsafat, Yogyakarta: IRSiSoD, 2003

Jerome R. Ravertz. 2009. Filsafat Ilmu: Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jujun S. Suriansumantri. 1984. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer.Jakarta : Sinar Harapan

Jujun S. Suriansumantri. 2012. Ilmu dalam Persprektif.  Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Kaelan, 1998. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

Kartanegara Mulyadhi, Gerbang Kearifan: Sebuah Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Kattsoff Louis O, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.

Kebudayaan dan Departemen Pendidikan, Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1994.

Keraf, A Sonny dan Mikhael Dua, 2001, Ilmu Pengetahuan, sebuah Tinjauan Filosofis, Yogyakarta: Kanisius

Koento Wibisono Siswomihardjo. 1996. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kosmic. Manual Training Filsafat, Jakarta: Kosmic, 2002. Lavine T. Z, Pertualangan Filsafat Dari Socrates Ke Sarte, Yogyakarta: Jendela, 2002.

Leaman Oliver, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1988.

M. Thoyibi. 1999. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Surakarta: MUP Press.

Madjid Nurcholis, Islam Doktrin dan Pradaban, Jakarta: Paramadina, 1992.

Madkur Ibrahim, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Madkur Ibrahim, Filsafat Islam, terj. Yudian Wahyudi, Jakarta: Rajawali press, 1992.

Martiningsih Wahyu, Para Filsuf dari Plato sampai Ibn Bajjah, Jogjakarta: IRCiSod, 2012.

Melsen, 1985, Ilmu Pengetahuan dan Tanggungjawab kita, Jakarta: Gramedia.

Mohammad Adib, 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mohammad Adib. 2010. Filsafat ILMU. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Muhamad Khallaf Abdul Mun’in, Agama Dalam Perspektif Rasional, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992.

Muhammad Amien Miska, Epistimologi Islam, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1983.

Mulkhan Abdul Munir, Mencari Tuhan dab Tujuh Jalan Kebebasan: Sebuah Esai Pemikiran Imam Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Mustansyir Rizal, at.al, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Mustansyir Rizal, Filsafat Analitik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaada, cet II, 1995.

Nasr Seyyed Hossein, Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI Press, cet II , 1986.

Nasr Seyyed Hossein, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

Nasr Seyyed Hossein, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Nasr Seyyed Hossein, Intelektual Islam, Teologi, Filsafat dan Gnosis, Yogyakarta: Center fof International Islam Studies Press, 1996.

Nasr Seyyed Hossein, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995.

Nasr Seyyed Hossein, Theologi Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: Yayasan penerbit UI, 2009.

Nasr Seyyed Hossein, Tiga Pemikir Islam, Bandung: Risalah, 1986 . Nasutin Harun, IslamDitinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UIP, cet V, 1986

Nasr Seyyed Hossein, Tree Muslim Sages, Delmar NY: Caravan Book, 1975.

Nasution Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gama Pustaka Pratama, 1999.

Nolan Titius Smith, Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Ohoitimur Yong, Pengantar Berfilsafat, Jakarta: Yayasan Gapura, 1997.

Peursen, 1985, Susunan Ilmu Pengetahuan, sebuah pengantar filsafat ilmu, Jakarta: Gramedia.

Poerwantana, at. all, Seluk Beluk Filsafat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.

Praja Juhaya S, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Bandung: Yayasan Piara, 1997.

Qoshidi Robith, Paradigma Muslim Rasional dalam Ibnu Rusyd: Gerbang Pencerahan Timur dan Barat, Zuhairi Misrawi Jakarta: P3M, 2007.

Rahman Fazlur, Filsafat Sadra, terj. Munir Muin, Bandung: Pustaka, 2000.

Rapar Jan Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2005.

Rif’i Bacharun, at.al, Filsafat Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Rizal Mustansyir, & Misnal Munir, 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Russel Bertrand, Sejarah filsafat Barat, Yogyakara: Pustaka Pelajar, 2007.

Rusyd Ibn, Fashl Maqol Fima Bayn al-Hikmah wa al-Syariati min al-Ittishlm, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1972.

 Rusyd Ibn, Kaitan Filsafat Dengan Syariat terj. Ahmad Shodiq Noor, Jakarta: pustaka Firdaus, 1994.

Rusyd Ibn, Tahafut al-Tahafut, (ed) Soleman Donya Kairo: Ma’arif, 1961.

Salam Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Santoso Listiyono, Kritik Hasan Hanafi atas Epistemologi Rasionalitas Modern dalam Epistemologi Kiri, Yogyakarta: ar-Ruzz, 2006.

Scruton Roger, Sejarah Singkat Filsafat Modern: Dari Descartes Sampai Wittgenstein, terj. Zainal Arifin Tandjung, Jakarta: PT. Pantja Simpati, 1986.

Siddik Abdullah, Islam dan Filsafat, Jakarta : Triputra Masa, 1984.

Siraj Fuad Mahbub, Ibn Rusyd, Cahaya Islam di Barat, Jakarta: Dian Rakyat, 2012.

Siswanto Joko, Sistem-sistem Metafisika Barat dari Aristoteles Sampai Derrida, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Smith Linda dan Raeper Wiliam, Ide-Ide: Filsafat dan Agama.Dulu dan Sekarang, Yokyakarta: Kanisius, 2000.

Soemargono Soejono, Berfikir Secara Kefilsafatan, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1988.

Soepomo Poedjosoedarmo. 2001. Filsafat Bahasa. Surakarta: MUP Press.

Soleh A Khudori, Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Solihin M, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.

Sonneborn Liz, Seri Tokoh Islam Averroes, Jakarta: Muara, 20130.

Sudarminta, J., 2002, Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius.

Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta: 1993.

Sumaryono E, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999.

Supriadi Dedi, Pengantar Filsafat Islam, Teori dan Praktik, Bandung: Pusaka Setia, 2010.

Supriyadi Dedi, Hasan Musthofa, Filsafat Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Surahman Winarno, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Tarsito: 1987.

Surajiyo. 2012. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo, 1998.

Susanto A, Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Suseno Franz Magnis, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 2002

Sutrisno FX Mudji, ak. all, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman, Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Suyono Yusuf, Teologi Reformasi Muhammad Abduh vis a vis Muhammad Iqbal Semarang: RaSaIL, 2000.

Syarif M. M, Para Filosuf Muslim, Bandung: Mizan, 1992.

Tafsir Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990.

Tamburaka Rustam E, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat dan Iptek, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

The Liang Gie. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2010. Filsafat Ilmu: Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Tjahjadi Simon Petrus L, Petualangan Intelektual, Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Yaqub Hamzah, Filsafat Agama, Titik Temu Akal dengan Wahyu, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992.

Yuyun Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Yuyun Suriasumantri. 2009. Ilmu dalam Perspektif: Kumpulan Karangan tentang Hakikat Ilmu. Jakarta: Gramedia.

Zar Sirajudin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.


Zubaidi, at. all, Filsafat Barat, Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2010.